PT ANTAM Tbk
Narasumber: Direktur
keuangan PT ANTAM, Dimas Wikan Pramudhito
Pada
tahun 2018, capital expenditure atau
belanja modal PT ANTAM mencapai 2.8 Triliun Rupiah. Sebagian besar pengeluaran
tersebut digunakan untuk membangun smelter
feronikel yang sudah dalam tahap uji kelayakan untuk lima bulan berikutnya.
Dana pembangunan tersebut berasal dari penyertaan modal negara (PMN).
Menurut
direktur keuangan PT ANTAM, Dimas Wikan Pramudhito, pengeluaran pada kuartal
III tahun 2017 sudah mencapai 1.1 triliun rupiah. Pengeluaran ini digunakan
untuk membangun smelter, maintenance,
dan memaksimalkan produksi nikel dan emas yang sedang bagus di pasar.
Sebenarnya
PT ANTAM sudah memiliki smelter sejak
tahun 1974, yaitu sejak perusahaan ini melakukan hilirisasi mineral. Namun,
pembangunan smelter di Halmahera
Timur saat ini ditujukan untuk menambah value
dan kapasitas produksi untuk masuk industri stainless
steel karena kapasitas saat ini hanya 27-30 ribu feronikel, sedangkan
minimum feed in feronikel yang
dibutuhkan untuk produksi stainless steel
adalah 40 ribu. Pemilihan Halmahera Timur sebagai lokasi smelter berikutnya dikarenakan lebih efisien dalam hal jarak dan
infrastruktur. Karena sudah ada resources
salah satunya yaitu supply energi
dari PT Bukit Asam Tbk yang sudah melakukan Power Purchase Agreement dengan PT
ANTAM.
Pada
tahun 2015, PT ANTAM mengeluarkan right
issue sebesar 5.4 triliun rupiah. Dari pemerintah melalui PMN, perusahaan
ini memperoleh dana sebesar 3.5 triliun rupiah dan 1.9 triliun rupiah diperoleh
dari saham tanpa ada dilusi saham.
Namun
pada tahun tersebut, PT ANTAM juga mencatatkan kerugian sebesar 1.1 triliun
rupiah. Hal ini dikarenakan biaya produksi emas yang meningkat dan fokus perusahaan
pada investasi ke smelter yang masih
dalam proses. Selain itu, PT ANTAM merupakan perusahaan hulu yang folatile terhadap harga. Investasi
smelter dilakukan salah satunya sebagai langkah untuk masuk ke perusahaan hilir
agar lebih resistan.
Kinerja
PT ANTAM dari tahun 2014 terus meningkat, walaupun pada kurun waktu 2014-2015
perusahaan sempat merugi, namun perusahaan berhasil mencatatkan laba pada tahun
2016. Selain itu, perusahaan juga berhasil memperoleh award menjadi juara umum
Annual Report Award yang diselenggarakan kerjasama antara Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Kementerian BUMN,
Direktorat Jenderal Pajak, Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia dan Ikatan
Akuntan Indonesia. Hal ini menjadi apresiasi bagi kinerja PT ANTAM yang sudah
menerapkan GCG. Pada tahun 2017, PT ANTAM kembali mengeluarkan expense yang
besar. Namun, EBITDA perusahaan mencapai satu triliun rupiah.
Kinerja
yang baik juga ditunjukkan oleh pertumbuhan volume produksi bijih nikel dan
keadaan harga yang sedang bagus. Sektor feronikel sendiri berhasil tumbuh
sebesar 16% dari 1.5 triliun rupiah pada tahun 2017 menjadi 1.7 triliun rupiah
pada kuartal ketiga tahun 2018.
PT
ANTAM sedang dalam mode growing
dengan terus meningkatnya kinerja setiap tahunnya. Sumber-sumber yang membantu
pertumbuhan perusahaan antara lain emas sebesar 58%, nikel sebesar 28%, bauksit
sebesar 10-11%, dan sisanya adalah jasa eksplorasi.
Holding
BUMN tambang juga mendukung pertumbuhan PT ANTAM, diantaranya, memperbaiki
harga saham yang merosot. Pada tahun 2017, harga nikel dunia turun sehingga
menyebabkan saham perusahaan merosot sebesar 27%, tiga emiten lain pun juga
mengalami penurunan harga saham. Selain itu dengan adanya holding, pada kuru
waktu Januari-November 2018, perusahaan tumbuh sebesar 12%, dan IHSG naik
menjadi di atas 13%.
Membaca
laporan akhir tahun PT ANTAM, perusahaan ini berhasil menjual emas sebesar
tujuh ton pada kuartal ketiga tahun 2017. Target akhir tahun perusahaan juga
terlewati didukung oleh tren yang cukup baik. Produksi feronikel juga sudah
melebihi target yaitu 20.200 Ton Nikel (TNi). Eksplorasi bauksit dan ekspor
nikel meningkat. Piutang yang dicatatkan sebagian besar adalah biaya untuk
pembangunan smelter dan kinerja.
Ekuitas menurun namun tidak signifikan. Utang perusahaan meningkat dari kredit
investasi, kredit modal kerja untuk mencicil smelter, dan utang dari joint
venture untuk produksi Chemical Grade Alumina (CGA).
Perbedaan
PT ANTAM sebelum dan sesudah bergabung holding tambang adalah pada pendanaan,
karena holding ini meliputi shareholder
sections bukan corporate action.
Kemudian status persero BUMN juga dihapuskan agar holding ini lebih fleksibel
dalam bergerak. Keuntungan holding lainnya adalah dapat saling bekerja sama
dalam meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Saat ini jasa eksplorasi PT ANTAM
dipakai oleh PT Timah, kemudian energi untuk pembangunan smelter di Halmahera Timur juga disediakan oleh PT Bukit Asam. Aset
perusahaan juga meningkat karena gabungan dari beberapa perusahaan, dan adanya
peluang merger, akuisisi, atau pendanaan. Perusahaan juga bisa semakin solid.
Selain itu, dapat meningkatkan eksplorasi resources
seperti nikel di Indonesia Timur, bauksit di Kalimantan Barat, dan Emas di Jawa
barat, dan mempermudah PT ANTAM dalam dual listing di Indonesia dan Australia.
Hal
yang dilakukan PT ANTAM untuk menjaga kepercayaan publik adalah dengan tetap
menerapkan GCG apapun kondisi dan dinamika pasarnya, menerapkan standar
internasional seperti ISO dan LBMA, meningkatkan kredibilitas perusahaan karena
sudah 49 tahun berdiri, 20 tahun IPO, dan sudah dual listing di Australia sejak
tahun 1999.
BK DPR RI
Narasumber:
Kepala Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI Asep Ahmad Saefulloh.
Penerapan
GCG sudah dimulai dari era reformasi namun belum berhasil. Reformasi birokrasi
masih stagnan dan belum adanya komitmen seluruh sumber daya manusia dalam
organisasi untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip GCG.
Namun
BK DPR RI terus berupaya untuk memaksimalkan penerapan GCG dalam kerjanya.
Strategi yang dilakukan antara lain membuat konsesus bersama untuk berkomitmen
memperbaiki kinerja yang mengutamakan pelanggan, karena menurut hasil survey,
kepuasan layanan pelanggan sekitar 72.65%. Hal-hal yang perlu diperbaiki antara
lain sistem manajemen mutu dengan menerapkan ISO 9001 2015 sebagai pedoman
seluruh sumber daya manusia (SDM) pada setiap departemen. Meningkatkan layanan
produk berbasis teknologi informasi, serta pengembangan SDM berbasis
kompetensi. Upaya yang dilakukan dengan menerapkan manajemen mutu, penyiapan
dokumen dan produk, serta menempatkan analis APBN pada setiap komisi DPR untuk
mendampingi. Fokus teknologi informasi badan ini di antaranya mengadakan
workshop pentingnya database di DPR, membuat sistem informasi anggaran dewan
agar publik juga bisa memahami, dan mengadakan pelatihan seperti aplikasi untuk
simulasi APBN yang berisi shadow budget (anggaran versi DPR), bekerja sama
dengan INDEF untuk melakukan analisis dan menerapkan prinsip GCG untuk
budgeting DPR. Menata sistem informasi sehingga tugas-tugas menjadi efektif dan
efisien.
Penerapan
GCG ini perlu dilakukan secara bertahap karena masih ada beberapa hambatan
seperti budaya (konflik kepentingan) dan masalah kepemilikan.
Komentar
Posting Komentar